Sabtu, 24 Agustus 2013

Jalani Dulu Aja.. (inspired by @kinaljkt48)

Matanya masih memandang ke arah langit malam. Peluhnya masih belum kering akibat latihan tari yang baru saja dijalani. Celana training panjangnya pun belum dia turunkan lipatan kakinya.

Kinal namanya. Dan disini, di teras depan sanggar tari tempatnya dan teman-teman JKT48 nya berlatih, adalah spot favoritnya menghabiskan waktu beristirahat sehabis latihan. Biasanya bersama Ve, sahabatnya. Tapi kali ini sendiri.

Entah apa yang sedang dipikirkannya, tapi langit malam yang sebenarnya sedikit mendung dan bulan sedang dalam fase bulan baru itu, sepertinya telah menarik kesadaran dan fantasi Kinal melayang menjelajahi kegelapannya. Bahkan nyamuk yang ramai berteriak di telinganya saja tidak mampu mengalihkan perhatiannya.

Teman lainnya saat ini masih sibuk berlatih blocking dance mereka masing-masing, termasuk Ve. Hanya Kinal dan Akicha yang sudah menyelesaikan latihan karena memang sudah menguasai detil blocking dance mereka.

Akicha saat ini tengah sibuk dengan teleponnya-yang Kinal tidak tahu apa isi pembicaraannya karena  berbahasa jepang, ditambah lagi Kinal memang belum terlalu akrab dengan Akicha, membuat Kinal lebih memilih untuk beristirahat sendiri di teras luar.

Kakinya tidak bisa diam mendengar suara musik yang masih mengalun dari dalam sanggar. Lagu River ini memang salah satu favorit Kinal. Meski saat ini pahanya masih terasa sakit akibat latihan yang terlalu bersemangat tadi.

"Seberapa besar sih kita sekarang?" pertanyaan itu terus menerus menggaung di benak Kinal. Benak seorang kapten yang memiliki beban kewajiban membawa teman-temannya menjadi lebih besar lagi.

Mencoba membandingkan dengan sedikit bintang di langit malam itu.

"Bintang.. Sekeras apapun dia coba untuk bersinar, dia tetap terlihat kecil.." kini telunjuk Kinal seakan juga ikut melayang, menunjuk kearah bintang paling terang yang bisa dia lihat malam itu.

Dia masih bergumam dengan dirinya sendiri, ketika tanpa sadar, musik River dari dalam sanggar sudah berhenti. Pertanda member lain, teman-temannya yang lain memasuki waktu istirahat untuk malam itu.

"Kasihan kau, bintang..." gumam Kinal sembari telunjuk dan jempolnya berdekatan, seakan ingin mencubit bintang yang jadi lawan bicaranya barusan.

"Kau tahu Nal, cahaya bintang yang kau lihat sekarang, bisa jadi itu adalah cahayanya lebih dari 100juta tahun yang lalu."
Kinal hanya tersenyum melihat Ve yang tiba-tiba sudah berdiri disampingnya dengan kepala mendongak keatas, berusaha untuk melihat kearah bintang. Itu hobinya. Hobi itu yang kini juga sedang ingin ditiru oleh Kinal.

"Iya tahu. Alam semesta ini kan luas sekali." tanggap Kinal.

"...dan akan terus bertambah luas." tambah Ve lalu duduk memeluk lutut disebelah Kinal.

"Hey Ve, kita ini sudah sebesar apa sih? Sudah pernah ke jepang, apa itu sudah pantas membuat kita berpredikat 'bintang'?"

"Aku nggak tahu sih, tapi yang aku tahu, kita akan berjuang menjadi sebesar apapun yang kita bisa." jawab Ve.

"Bisa? Memangnya kita disini sampai berapa lama? Nggak mungkin untuk selamanya kan?"

Suasana seketika berubah kelam akibat pertanyaan Kinal barusan.

Ve pun memilih untuk menjawabnya dengan cara diam. Bertambah sendu ketika samar-samar terdengar lagu Anata Ga Ite Kureta Kara milik AKB48, yang tidak tahu berasal dari playlist ponsel milik siapa.
"Ve, aku barusan menemukan kata-kata bagus." Kinal yang jengah dengan keheningan yang tercipta, berusaha untuk menaikkan mood lagi diantara mereka berdua.

"Apa itu?"

Berlagak seorang filsuf, sambil membusungkan dada sedikit, Kinal berucap "Sekeras apapun sebuah bintang berusaha bersinar, dia akan selalu terlihat kecil". Lalu tersenyum.

Ve ikut tersenyum, setengah tertawa mendengar sang filsuf Kinal berusaha membuat kata mutiara versinya sendiri.

"Ya ya, bagus sih. Tapi itu benar lho Nal, sejauh apapun sesuatu berusaha terlihat bagus, akan selalu ada yang lebih bagus lagi."

"Lah, kalau begitu sia-sia dong orang yang berusaha terlihat bagus?"

"Ya! Contohnya kau yang berlagak jadi filsuf barusan! Hahaha." jawab Ve menyindir gaya filsuf yang diperagakan Kinal tadi.

Mereka berdua tertawa. Tidak seheboh tertawanya duo Sendy-Rica, tapi tertawa yang dalam sekali. Tertawa yang hingga paru-paru sesak kehabisan oksigen. Tertawa yang paling menyenangkan di dunia ini, menertawakan diri sendiri.

Keduanya sama-sama berhenti ketika mata mereka kembali tertambat pada langit malam.

"Ve, kenapa ya langit malam masih gelap, padahal banyak banget bintang yang bersinar sekuat tenaga."

"Ya yang aku tahu sih, sebenernya bintang dan semua yang ada di angkasa itu kan saling menjauh. Luar angkasa kan masih terus mengembang. Karena kecepatan mengembangnya itu melebihi kecepatan cahaya, cahaya dari setiap bintang itu berubah jadi inframerah. Makanya mata kita nggak bisa lihat cahayanya. Luar angkasa kalau dilihat dari teleskop infrared, sebenernya terang dan berwarna warni lho."

Kinal tidak heran dengan jawaban yang diberikan Ve. Sudah biasa. Kinal sudah terbiasa mendengar kalimat-kalimat ilmiah dari Ve. Itu yang membuatnya betah bersahabat dengannya.

"Yah si neng mah, malah dijawab pakai teori pelajaran." canda Kinal sambil memukul pelan bahu sahabatnya itu.
"...maksudku, bukannya bintang-bintang itu sia-sia saja berusaha untuk bersinar kalau ternyata tidak semua orang bisa lihat sinarnya?" ucap Kinal beretorika.

"Oh! Aku paham maksudmu.. Maksudmu kita kan? Mereka semua? Kita semua?" telunjuk Ve menyapu kearah setiap member yang bisa dia lihat. "...ya kita kan nggak bisa menyenangkan semua orang, Nal." tambah Ve.

"Puaskan dan pertahankan saja dulu setiap mata yang sudah tertuju ke kita selama ini. Iya kan?" jawab Kinal lalu menegakkan duduknya. Menepuk mati satu nyamuk di pergelangan kakinya.

Ve tidak menjawab, hanya tersenyum mendengar ucapan Kinal. Sedikit mengangguk sebagai tanda persetujuan.

"Dan ini juga. Kapten. Awalnya menyenangkan menyandang status ini. Tapi lama-lama kok susah ya? Kayak ada beban yang berat banget." keluh Kinal.

Ve yang biasa melihat Kinal yang penuh semangat, sedikit kaget mendengar keluhannya kali ini. Sedikit kaget, tapi tidak protes. Karena manusiawi sekali sebenarnya, merasa terbebani dengan tanggung jawab.

Tapi Ve juga lega, Kinal masih bisa bersikap dewasa menghadapi beban itu. Kalaupun kadang kala mengeluh, seperti saat ini, Kinal mengeluh pada orang yang tepat dan dengan cara yang amat elegan.

"Tenang, kita nurut kok, kapten. Kita semua sudah setuju dan dukung apapun yang kau lakukan sebagai kapten disini.. Asal yang baik baik aja lho." Ve coba menaikkan lagi kepercayaan diri Kinal.

Tidak sia-sia, karena Kinal terlihat lebih rileks mendengar jawaban yang dipilih Ve barusan.

"Nal! Kak Ve! Ayo sini, Kak Gicha sudah nyuruh masuk tuh!"
Teriakan Stella dari dalam sanggar seakan mengembalikan Kinal dan Ve menapak tanah lagi, dan sadar dari segala pembicaraan barusan. Sama tersenyumnya, mereka berdua saling bantu untuk berdiri dan dengan semangat berjalan masuk ke sanggar.

"Yah, yang penting kita coba dulu aja. Jangan pikirkan yang aneh-aneh." ujar Ve sebelum masuk ke dalam sanggar.

"Haha, semangat! Meski nggak bisa dilihat semua orang, bintang-bintang itu masih terlihat indah untuk sebagian orang kan?" Kinal mendorong tubuh Ve untuk berjalan didepannya, menyusul Stella.

"Kalian berdua ngapain sih?" tanya Stella penasaran.

"Nanti kita ceritain Stel. Sekarang latihan dulu. Oh ya, Bima Satria Garuda, jadi?"

"Jadi Nal. Nggak kebayang nanti jadi sesibuk apa, tapi aku putusin untuk terima tawaran itu. Kapan lagi kan?"

"Ya udah sih, yang penting kan dijalani aja dulu, Nal, Stel." sela Ve.

"Hey ayo cewe-cewe rempong, cepet masuk sini. Latihan lagi!"

Teguran dari sensei Gicha membuat mereka bertiga buru-buru masuk dan memulai lagi latihannya. Memulai lagi menyusun keping-keping mimpi mereka. Keping-keping yang nantinya entah akan berwujud apa hasilnya. Keping-keping yang terus berusaha disusun oleh mereka. Oleh ke-24 member ditempat itu

Jumat, 16 Agustus 2013

Mimpimu Ketinggian! (fanfict inspired and dedicated to my oshi, @sendyjkt48)


Halo diary, ini masih aku, Ningsih. Apa kabarmu hari ini?

Kabarku? Masih sama dengan hari-hari kemarin, capek keliling kota ini menyanyi panggung ke panggung. Kadang aku ingin berhenti saja dari dunia ini, diary.
Berhenti bernyanyi keliling, berhenti selalu tersenyum palsu di depan penonton, berhenti mencoba menenangkan penonton-penonton mabuk yang lebih sibuk berkelahi daripada mendengarkanku bernyanyi. Capek.

Tapi, diary, kalau aku berhenti disini, aku mau makan apa? Penghasilanku satu-satunya ya cuma dari bernyanyi ini.
Diary, jangan bosan mendengarkan cerita ceritaku ya.
_____________________________
Dear diary, kau tahu, hari ini ada penyanyi baru yg ikut gabung di orkes keliling ini.

Biduan itu tidak jauh berbeda dengan umurku, badannya mungil, dia lucu, dan matanya bagus. Aku masih belum begitu akrab dengannya, namanya saja aku belum tahu.. Hehe. Tapi mungkin besok aku akan berkenalan dengannya.

Kau tahu, diary, aku jadi sedikit bersemangat sekarang. ^^
_____________________________
Diary, apa kabarmu hari ini? Hari ini tidak berjalan baik lagi.

Akan aku ceritakan, diary, tapi kau dengarkan dengan baik ya.

Hari ini, lagi-lagi terjadi kericuhan ketika aku dan orkes kami tampil di balai desa. Kenapa sih, diary, orang-orang lebih sibuk berkelahi daripada mendengarkan aku bernyanyi? Aku marah, kesal. Padahal waktu itu, pas aku punya kesempatan nyanyikan lagu favoritku, Kereta Malam.

Tapi, tebak apa yg terjadi selanjutnya? Kau tahu biduan baru orkes kami itu kan, diary? Saat aku kesal dengan penonton dan ingin berhenti saja, biduan itu masih tersenyum dan bernyanyi dengan semangat. Matanya itu lho, diary, seakan menyuruhku untuk tetap bertahan diatas panggung. Aku tidak mau kalah bersinar dengan dia.

Lalu, setelah selesai, dibelakang panggung barulah aku punya kesempatan berbicara dengan dia. Dan kau tahu apa yg dia katakan? Dia berkata bahwa seperti apapun kondisi penonton, artis diatas panggung harus bisa profesional dan memberikan yg terbaik. Dan itu menjelaskan bagaimana sorot matanya tetap bersinar di kondisi yg mengesalkan buatku.

Sepertinya aku masih harus belajar lagi untuk jadi artis panggung yg baik.

Oh ya, nama biduan itu adalah Senia. Aku tidak tahu bagaimana penulisan namanya, apakah Senia atau Xenia. (Hey, kalau Xenia, itu mirip seperti superhero perempuan di tv dulu itu ya?! Hehe).
_____________________________
Halo diary! Aku cuma mau bercerita tentang teman baruku, Senia.

Ternyata dia sudah punya lagu sendiri lho. Bahkan dia sudah pernah bikin videoclip! Wow..

Ya dia bilangnya itu cuma videoclip murah, tapi itu tetap saja hebat kan, diary! ^^

Aku sempat bertanya apa cita-citanya, dia bilang ingin mengembangkan suaranya sampai bisa didengar diluar negeri. Wah, agak ketinggian sepertinya ya, diary. Aku hampir tertawa mendengar dia bercerita seperti itu, tapi aku tahan. Tidak baik kan menertawakan cita-cita orang lain?

Oh ya, sampai disini dulu ya, aku ada janji dengan Senia untuk makan malam. Kau tahu, diary, Senia itu orang yg sangat lucu dan menyenangkan!
_____________________________
Diary, maaf ya aku tidak menyapamu seminggu ini. Kau tahu kan, orkes kami sekarang sedang kebanjiran order. Mungkin gara-gara kehadiran Senia. ^^ (dan aku yakin itu!)

Seminggu ini orkes kami berkeliling jawa barat! Ya bukan di kota dan panggung besar, masih di desa-desa atau acara-acara kampanye, tapi aku senang sekali! Ini pertama kalinya aku tur keliling seminggu nonstop.

Tapi, kau tahu apa yg dikatakan Senia, diary? Dia bilang ini belum cukup! Dia masih belum puas, diary! Senia masih ingin tur yg lebih lama, yg lebih besar dari ini. Wow..

Aku tidak pernah tahu dimana akhir dari mimpinya yg ketinggian itu. Kau tahu kan, diary, kita hanya artis dangdut kecil, mana mungkin bisa keliling provinsi bahkan internasional.
_____________________________
Diary.... Aku lagi sedih.

Senia tiba-tiba mengajukan pengunduran diri dari orkes kami.. Padahal kami sedang sibuk-sibuknya karena banyak tawaran manggung.

Memang sih, Mang Didik, pimpinan orkes kami sudah menyiapkan biduan baru pengganti Senia, tapi tetap saja, aku merasa kesuksesan orkes kami akhir-akhir ini lebih karena faktor adanya Senia. Karena semangatnya Senia, suara emasnya, matanya yg selalu bersinar menunjukkan antusiasme, dan cita-cita ketinggiannya yg selalu lucu untuk didengarkan.

Waktu aku telpon Senia, dia bilang dia menemukan sedikit celah kesempatan untuk mewujudkan mimpinya. Aku bertanya, mimpi apa? Mimpi yg ketinggian itu? Mimpi untuk memperdengarkan suara dia di luar negeri? Aku rasa dia sudah gila, diary.
_____________________________
Aku tidak tahu apa yg bakal aku ceritain sekarang, diary. Sudah hampir sebulan ini aku tidak komunikasi lagi dengan Senia. Terakhir kali dia bilang dia akan dikarantina. Aku tidak tahu karantina apa itu, sms nya berhenti di kata 'karantina' begitu saja.

Biduan baru di orkes kami, pengganti Senia, itu juga memiliki suara yg bagus lho, diary. Kapan-kapan akan aku ceritakan tentang dia.
_____________________________
Diary! Apa kau sekaget aku? Kau tahu kan ada girlband baru itu, yg kemarin ada di tv, yg anggotanya banyak banget itu?

Aku seperti melihat ada Senia diantara mereka!

Aku tidak yakin sebenarnya, karena ada banyak cewek disana. Tapi ada satu sorot mata yg mirip dengan Senia, sorot mata yg tidak pernah aku lupa itu.

Baiklah, mungkin aku akan sedikit mencari tahu tentang girlband jekate empatlapan ini. Siapa tahu kan itu benar-benar Senia?
_____________________________
Ya Allah, diary.... Akhirnya aku temukan kamu lagi. Sudah setengah tahun ya kita tidak bertemu! Kau sih, pake hilang segala, sampai aku beli diary baru lagi kan... :')

Aku lanjutkan tulisanku yg sebelumnya disini ya, aku kan berjanji untuk mencari tahu apa itu jkt48.

Itu ternyata bukan girlband lho, diary. Tapi idol group.

Tentang Senia, aku tidak menemukan ada nama "Senia" di daftar anggota member jkt48, tapi ada satu member yg aku yakin bahwa dia itu Senia. Namanya Sendy Ariani.

Kenapa aku yakin, diary? Mukanya mirip, meski sekarang dia agak gendut ya, suaranya yg emas itu sempat diperdengarkan di tv, di acaranya tukul itu lho. Aku masih ingat suara itu! Aku masih ingat suaranya ketika dia nyanyi Terlena.
Dan matanya.. Aku tidak pernah lupa garis-garis semangat di dalam matanya itu.

Aku yakin Sendy Ariani ini adalah Senia, diary! ^^
_____________________________
Akhirnya, kau sudah sampai di halaman terakhirmu, diary. Sudah banyak sekali curhatanku disini, semoga kau tidak membenciku karena itu ya, diary. :')

Di tulisan terakhir di halaman terakhir ini, aku cuma ingin berbagi denganmu, diary. Berbagi tentang mimpi. Jangan pernah lagi mencap sebuah mimpi itu 'ketinggian'. Tidak ada mimpi yg ketinggian, diary. Semua mimpi, selama itu bisa kita ciptakan di pikiran, pasti bisa kita wujudkan di tindakan.

Aku kemarin akhirnya bertemu lagi dengan Senia lho. Dia yg berinisiatif untuk datang ke markas orkes kami. Aku benar-benar rindu dengannya!

Kau tahu, diary, dia datang ke markas dengan mengenakan kaos bertulis "jkt48". Haha, dia sudah jadi artis besar sekarang. Dan dia juga berbagi cerita dan foto serta video ketika dia bersama jkt48 sedang manggung di jepang. Beda sekali dengan aku yg masih saja ada di panggung dangdut kecil ini.

Tapi, kau jadi saksi ya diary, aku berjanji, aku tidak akan menyerah dalam mimpi-mimpiku mulai sekarang. Kalaupun rejekiku masih di dangdut, akan aku teruskan hingga nama Sri Ningsih bisa sejajar dengan idolaku, Iis Dahlia.

Ketinggian? Kata siapa, diary? Aku pernah bilang itu ke Senia, tapi apa yg terjadi sekarang? Aku belajar dari dia, dari Senia, dari Sendy Ariani, bagaimana cara meraih mimpi-mimpi yg ketinggian itu.

~END~

Author : @PradanaAnandya