Kamis, 12 November 2015

4 Arc For Sinka (fanfict inspired by @SinkaJ_JKT48)



Arc 1.

"Sepertinya, aku memang harus menghampirinya.." gumam gadis itu. Langkahnya ragu-ragu antara maju atau hanya diam di tempat sambil menendang-nendang kecil bola khayalannya.

Lebih dari 20menit gadis itu berkutat dalam keraguan. Ingin sekali dia menghampiri seorang pria yang sedari 20menit yg lalu ia perhatikan. Tapi, gadis itu terlalu malu dan ragu.

Gadis itu terkenal sekali sebagai gadis paling pemalu dan pendiam diantara kumpulannya. Sosoknya yg cantik dan semampai, belum bisa membantunya untuk lebih percaya diri. Seperti saat ini. Ketika gadis itu memilih untuk sengaja terpisah dari teman-temannya di sebuah mall.

Duh, mas tengok sini dong.. Biar aku gak usah datang kesana..

Batin gadis itu terus berharap pria yg dipandanginya sedari tadi itu untuk menengok kearahnya.

Gak mungkinlah, aku yg harus memberanikan diri untuk kesana. Sudah gak ada waktu lagi.. Oke, simple kok, dekati dia, dan cuma butuh satu atau dua kata saja kan.. Ayo, bisa bisa..

Entah sudah yg keberapakalinya gadis itu mencoba untuk meyakinkan dirinya sendiri. Dan di kesempatan itu, gadis itu akhirnya memberanikan diri. Menekan rasa malunya. Ada sesuatu yg lebih penting untuk diutarakan daripada menuruti rasa malu dan takutnya.

Sudah gak ada waktu lagi..

Langkahnya kecil-kecil, kadang bergetar, kentara sekali bahwa gadis itu malu dan takut. Namun, ia sudah tidak bisa menuruti itu. Setidaknya untuk saat ini. Gadis itu harus berbicara empat mata dengan pria yg sedang ditujunya saat ini.
Kepalan tangannya tergenggam erat. Di kepalanya tercetak berpuluh skrip dialog yg bisa dia ucapkan saat berbicara empat mata dengan pria itu. Amunisi sudah cukup. Tinggal keberanian maju ke medan perang.

Hanya sepuluhan meter jarak antara gadis itu dan pria yg masih belum menyadari keberadaan si gadis. Gadis itu berhenti melangkah. Skrip di otaknya buyar. Keberanian yg tadi dikumpulkannya selama melangkah, tiba-tiba lenyap. Gadis itu malu sekali. Dia tidak sanggup untuk mengutarakannya sekarang.

Di momen itu, tepat ketika gadis itu akan melangkah menjauh dari sang pria, pria itu menengok.

Waktu serasa berhenti bagi sang gadis. Badannya, terutama sekujur tulang belakangnya seperti diguyur air es. Merinding. Matanya bertemu dengan mata sang pria. Pria yg sudah ia perhatikan selama lebih dari 20menit.

Tulang belakang yg seperti diguyur air es tadi semakin ngilu dan merinding, ketika sang pria, dengan suara berat berwibawa, berkata "Ada yg bisa saya bantu, dek?"

"A..anu..aa..toilet a..ada dimana yaa pak?"

"Oh, lurus saja ke lorong timur itu, nanti belok kanan."

"Pak satpam!" seorang ibu dengan terburu memanggil pria yg tadi berbicara dengan gadis itu. Dan segeralah satpam itu meladeni sang ibu yg sepertinya kehilangan anaknya.

Dan seketika itu pula seluruh dingin yg menempel di tulang belakang gadis itu lumer dan menghangat. Gadis itu dengan cepat menuju ke lorong timur, lalu kemudian belok kanan. Berlari, dengan senyum lega mirip seorang prajurit pulang perang membawa kemenangan.

Gadis itu, Sinka. Sinka Juliani. Umur 18 tahun. Pemalu akut...


Arc 2.

"Hey maniss.."

Sinka terkesan tidak suka dengan nada yg dipakai dalam panggilan barusan. Dan karuan saja, berasal dari salah seorang dari kelima pria yg sedang berjalan dibelakang Sinka. Kelima pria yg paling tidak disukai oleh Sinka di kampusnya.
 Bully, belagu, preman, dan semua status sosial yg jelek, Sinka patri erat-erat di profil kelima pria tersebut.

Sinka masih saja berusaha cuek sembari mempercepat langkah kikuknya. Ini bukan kali pertama Sinka digoda oleh kelima pria tersebut.

Namun bagaimanapun Sinka berusaha mempercepat langkahnya, bahkan setengah berlari, kelima pria itu selalu dua kali lebih cepat langkahnya ketimbang Sinka. Sadar percuma berusaha kabur, Sinka lebih memilih untuk mencari tempat ramai, kalau-kalau terdesak, ia bisa teriak.

"Manis, jangan kabur mulu dong," ujar salah satu dari kelima pria.

"Cantik banget sih hari ini," tambah yg pria satu lagi.

Rencana memang mengatakan bahwa Sinka harus menuju ke kantin, tempat ramai terdekat. Tapi entah kenapa, kaki kikuk dan langkah takutnya malah menuntunnya menuju tepi barat tempat parkir. Memang tempat itu salah satu jalan pintas menuju kantin, tapi Sinka salah ambil keputusan. Justru di tempat sepi seperti itu, kelima pria yg mengikutinya tadi seakan mendapatkan kesempatan untuk mencegatnya.

"Permisi ya! A..aku mau le..lewat!" hardik Sinka terbata-bata.

"Iya, silakan lewat.. Mau ke kantin? Makan ya?" jawab satu orang pria.

"Traktir kita dong. Atau duitnya aja deh sekarang," perintah pria lainnya.

Sinka tidak menjawab. Ia hanya bisa tertunduk takut. Takut menuruti dan takut pula melawan. Dan ketakutan Sinka menjadi lampu hijau bagi kelima pria itu untuk lebih mem-bully Sinka. Tidak hanya sekedar verbal dan pressure, mereka juga mulai melakukan kontak fisik. Barusan, sudah kedua kali nya pipi Sinka disentuh oleh salah seorang pria itu, yg sepertinya adalah pimpinannya.

"Eh! Jangan ya! Aku teriak nih!" kesabaran Sinka mulai habis.

"Silakan teriak saja manis. Makin manis tau kalau kamu teriak." Kelima pria itu mulai kurang ajar. Sentuhan di pipi Sinka sudah tidak terhitung untuk yg ke berapa kalinya.

Sinka terlalu takut untuk membuka mata. Ia kini memilih untuk menutup matanya. Memegang erat ujung resleting jaketnya. Sementara kelima pria tadi tampak kegirangan dan semakin kurang ajar.

Hingga sampai ketika salah seorang pria itu memegang saku belakang celana Sinka untuk mengambil dompetnya, waktu kemudian berjalan seakan dipercepat 8 kali.

"Kamu pesan apa Sin?" tanya Jennifer, salah seorang sahabat Sinka, membuyarkan konsentrasi Sinka yg sedang membersihkan tangannya dari noda merah.

"Bakso aja deh, Jen. Pangsitnya yg banyak ya!" jawab Sinka antusias.

Kelima pria tadi?

Situasi terakhir, dua orang kabur entah kemana. Satu masih lemas di atas sepeda motornya, rencana ingin pulang kerumahnya. Dua lainnya sedang berada di kamar mandi, saling mengobati luka masing-masing dengan obat merah dan plester luka.

Sinka, 18 tahun, pemalu akut. Jago karate..


Arc 3.

"Mah! Dimana sih handuk Sinka???" omelan Sinka membuka pagi di rumah nya hari itu.

Si mama tidak menjawab, mungkin masih tidur. Sementara Sinka sedari tadi sibuk mencari handuk di tiap lemari pakaian yg ada di rumahnya.

"Gawat nih udah jam 6 nih. Telat nih ngampus.. Kok ga ada yg bangunin sih tadi, ah si mama sm cici.." gerutuan Sinka tidak berhenti.

"Ah pake handuknya cici ajalah!" ucap Sinka lalu bergegas masuk kamar cici nya, Naomi, yg dinginnya sedingin lemari es.

Naomi memang suka sekali setel AC ke suhu yg sangat dingin, terutama ketika ia ingin benar-benar istirahat, men-shutdown tubuhnya dari penat.

"Haduhhhh, ini kamar apa lemari es!" omel Sinka begitu membuka pintu kamar Naomi. Tidak ada jawaban dari Naomi, ia masih tertidur pulas dibalik selimut tebal yg menyelimuti hampir seluruh tubuhnya. Hanya terlihat rambut panjang Naomi diujung selimut.

Tidak banyak basa basi, Sinka lalu mengambil handuk yg masih terlipat rapi di lemari Naomi.

"Pinjam ya ci.." bisik Sinka pelan, seakan tidak berharap akan dijawab oleh Naomi, lalu sesegera mungkin keluar dari 'lemari es' seukuran kamar itu.

"Haduhh, plis plis jangan telat. Ada kuis nih ntar jam7. Mana ntar pasti jalanan macet..." keluh Sinka sepanjang larinya menuju kamar mandi.

"AAHHH!"

Sesaat setelah masuk kamar mandi, tiba-tiba saja Sinka berteriak. Bukan karena ada kecoa, laba-laba, atau sebangsanya, tapi lebih karena emosi Sinka meledak ketika melihat botol sabun mandi kosong melompong.

Memang kemarin sabun itu tinggal sedikit. Dan pasti sudah habis dipakai Naomi untuk mandi tadi malam.

"Ya Tuhannnn.. Mana nih refill nya?!?!" ujar Sinka panik. Kembali, untuk kedua kalinya, Sinka bongkar-bongkar hampir seluruh lemari dirumahnya. Padahal refill sabun cair yg ia cari berada di rak dalam kamar mandi.

Setelah beberapa saat panik, Sinka segera sadar. Bergegas ia kembali ke kamar mandi, mengambil refill, mengisi, kemudian mandi. Secepat mungkin.

Jam sudah menunjukkan pukul 6 lebih 40 menit ketika Sinka keluar dari kamarnya. Menenteng tas kuliahnya, menggenggam erat kunci mobil, dengan rambut yg tidak sempat lagi di hair-do, Sinka setengah berlari menuju garasi.

"Mampus mampus, telat kuis ini pasti pasti."

Ketika Sinka melewati depan kamar Naomi, tampak pintu kamar itu sudah terbuka. Jendela didalam kamar pun sudah dibuka. Naomi sudah duduk santai didepan tv. Masih terbungkus selimut tebal yg dibawanya dari kamar. Selimut kesayangan Naomi.

"Duh ini cici, ga dibangunin. Kan Sinka telat jadinya!" keluh Sinka pada Naomi sambil terus berjalan cepat menuju garasi.

"Hm? Ini kan hari minggu dek. Mau kemana?"

Tas kuliah yg ditenteng Sinka terjatuh ke lantai...

 Sinka Juliani, 18 tahun. Pemalu akut. Jago karate. Ceroboh dan panikan.


Arc 4.

Hari ini lo bagus banget, dut. Top performer dah!

Sinka tersenyum puas membaca twit barusan. Seakan usaha kerasnya di perform hari ini terbayar.

Ini ada review tentang perform lo hari ini. Ada kritiknya juga sih, tapi sedikit kok, soalnya hari ini lo bagus. *link*

Twit lain masuk dan Sinka buru-buru membuka link ke google plus milik salah satu fans. Membaca review dari fans adalah salah satu kegiatan favorit Sinka. Dari sana banyak sekali ia belajar memperbaiki kesalahan dan meningkatkan yg baik-baik.

Perlu sekitar 10menit untuk Sinka selesai membaca review itu. Memang reviewnya cukup panjang.

Hey dudut! Trims ya performnya hari ini. Keren banget. Tapi masih malu-malu ya MC nya. Tapi gapapa :)

Sinka tersipu. Kayaknya memang kalau masalah malu dan grogi, Sinka tidak bisa dengan mudah mengatasinya.
Sinka lanjut ke twit berikutnya.

Lalu berikutnya lagi.

Rata-rata dari hampir seratusan mention yg masuk, semuanya memuji penampilannya hari ini.

Ada beberapa yg tidak berguna, seperti hashtag #JokoPacarSINKAJKT48. Kalau untuk hal tidak berguna seperti itu, Sinka biasanya tidak menghiraukan. Opsi mute dan block di aplikasi itu menjadi senjata andalan Sinka.
Twit lainnya.

Sinka, ky nya aku jadi oshihen ke km nich. Km keren banget.

Ada lagi.

Sinka, gift jam tangan itu dari aku lhoo. Keren ga??

"Oh.. Jam tangan ini ya.." gumam Sinka riang sambil membuka wadah jam tangan yg tertulis namanya.

"Wih... Ini mahal ya kayaknya.. Ga harus begini sih, tapi terimakasih ya supportnya.." ucap Sinka pelan pada pemilik akun yg mengirimkan jam tangan itu. Yg tentu saja tidak akan sampai pesannya ke si pemilik akun. Karena memang Sinka -dan semua member- tidak dibolehkan menjawab mention.

"Sudah dek?" Naomi menepuk pundak Sinka dari belakang.

"Ayo ci. Lihat ci, ada yg ngegift ini.."

Sinka menunjukkan jam tangan itu pada Naomi. Hanya berbalas senyum, kedua kakak beradik itu memutuskan untuk pulang dan mengakhiri kegiatan panjang hari itu.

Sinka Juliani. 18 tahun. Pemalu akut yg jago karate namun kikuk dan panikan. Idola yg dicintai oleh fans-fans nya.


-end-

Senin, 07 September 2015

Her Name Is Andela Yuwono, The Most Beautiful Phenomenon







Nyala lilin paling terang adalah ketika sebelum padam ”

Kutipan lama, kutipan yang sebenarnya tidak terlalu saya pahami maknanya. Bagaimana mungkin nyala lilin ada perbedaan ketika yang dibakar adalah sumbu yang sama ukurannya dari ujung ke ujung? Ditarik ke dalam arti non-harafiah pun saya juga tidak mampu menemukan contoh riil nya.

Tapi akhir-akhir ini, saya ingin membuka lagi hubungan saya dengan kutipan tersebut, terutama dalam melihat fenomena Andela di idol grup Jakarta afiliasi Jepang itu.

Sebelum masuk lebih jauh, mari mengenal siapa sih Andela Yuwono?

***

Fenomena itu bernama Andela Yuwono
























Debut Andela bersama teman lain di generasi 3 JKT48 terjadi pada bulan Maret 2014. Andela ketika itu bukan siapa-siapa. Dia hanya member debutan biasa, line blockingan pun hanya di line kedua, bukan center.

Andela saat itu bukanlah Michelle atau Milenia yang jadi management darling. Ketika Milenia ditunjuk secara resmi sebagai center utama untuk keseluruhan generasi 3, lalu Michelle yang sudah sedari awal audisi dicap sebagai masa depan JKT48, Andela hanyalah member semenjana.

Member semenjana namun sangat totalitas dalam setiap latihan ataupun performnya.

Kesempatan itu kemudian datang ketika Milenia memutuskan untuk stop menjadi member, sementara Michelle masih terlalu anak-anak untuk menjadi pengganti Milenia sebagai center. Manajemen memilih Andela.

Progress yang ditunjukan Andela tampaknya memuaskan manajemen maupun fans. Andela terkenal dengan effortnya yang tidak setengah-setengah, seluruh koreo di setiap lagu yang dibawakan, selalu Andela eksekusi dengan powerful dan nyaris sempurna.

Andela adalah jelmaan Shania Junianatha untuk generasi 3. Power yang kuat, aura yang kuat pula.
Selepas itu, praktis posisi center generasi 3 mutlak milik Andela. Dia adalah pemimpin sekaligus bintang utama yang begitu dihormati di generasi 3, baik di kalangan member maupun fans. Ditambah pula dengan skillnya bermain piano dan gitar –meski suaranya tidak sebaik skill berpianonya—serta keunikan dialek medhok yang jadi ciri khasnya, Andela adalah berlian.

Bak cerita dongeng, karir Andela seakan tidak mengenal kata gagal. Setiap hari, setiap kesempatan yang datang, semakin membuat pesonanya benderang. Tak ayal, status sebagai ace masa depan JKT48 pun kini berada di dirinya. Andela adalah pengganti Melody di masa depan, banyak pula yang berandai seperti itu.



















Andela mulai sering muncul di acara tv, wajah cantiknya pun tercatat sebagai wajah yang paling banyak di-closeup oleh kameramen acara ILK Trans7. Episode dimana muncul Andela di acara Yokoso JKT48 juga jadi episode dengan rating share yang tinggi.

Seiring dengan makin meroketnya kepopuleran Andela, namanya mulai masuk di jajaran senbatsu pilihan manajemen. Berdua bersama Michelle, Andela terpilih pertama kali di jajaran senbatsu pada single Pareo Adalah Emerald.

Di jajaran senbatsu pun, posisi Andela tidak main-main. Dia berada persis dibelakang Melody yang menjadi center, yang semakin mengukuhkan statusnya sebagai ace masa depan.

Puncaknya terjadi pada bulan Mei 2015.


Siapa yang menyangka ada member generasi 3 yang mampu berada di daftar Kami-7 JKT48 dalam Senbatsu Sousenkyo untuk single Kibouteki Reffrain? Andela mampu melakukannya. Posisinya pun tidak main-main, peringkat 4! Posisinya bahkan mengalahkan member konvensional langganan senbatsu seperti Nabilah, Viny, Yupi, Kinal, Beby.

Namun, kutipan di awal tulisan ini menyebutkan, nyala lilin paling terang adalah ketika sebelum padam. Sama seperti itu, nampaknya lilin Andela juga mulai kehabisan sumbu untuk dibakar.

Karir yang seakan sempurna karena tanpa cacat itu, akhirnya mulai tersendat gara-gara sakit pada abdomen perut bawah. Andela tumbang. Sempat lama dirawat di rumah sakit, Andela kemudian memilih untuk merelakan karir cemerlangnya di dunia idol grup ini berakhir.

Kehabisan sumbu untuk dibakar, lilin itu pun padam. Dan memang, nyala nya sebelum padam, benar-benar indah.




   








Srikandi yang gugur secara tidak menyenangkan

Warga Indonesia mana yang tidak tahu kisah tentang tokoh pewayangan Srikandi? Sebagian besar warga Indonesia sepertinya mengenal siapa itu Srikandi.

Seperti yang dikisahkan, Srikandi merupakan reinkarnasi dari Dewi Amba yang tewas gara-gara panah Bisma. Srikandi kemudian tumbuh menjadi tokoh pewayangan bergender wanita paling terkenal. Kisah Srikandi dan peperangan yang dilewatinya, selalu menarik. Tentu saja semua peperangan yang dilewati berujung kemenangan di pihak Srikandi.

Srikandi adalah suri tauladan bagi prajurit wanita. Srikandi pula yang menjadi penanggung jawab kemanan dan keselamatan seluruh ksatria Madukara selama perang Baratayudha berlangsung.
Di perang Baratayudha itu pula puncak prestasi Srikandi. Dengan panah Hrusangkali, Srikandi mampu membunuh Bisma.

Namun di akhir perang Baratayudha pula lah, Srikandi menghembuskan nafas terakhir dengan cara tidak menyenangkan, dibunuh oleh Aswatama yang menyelundup masuk kedalam Hastinapura. Srikandi tidak memperoleh kematian terhormat di dalam perang.



















Layaknya Srikandi, Andela pada awal kemunculannya sering disebut sebagai “reinkarnasi“ Stella Cornelia. Postur model dan aura kecantikan Andela mengingatkan fans kepada “indigo” lain yang pernah dimiliki JKT48 dulu itu. Kemampuan bermusik, kekuatan karakter pribadi, kemampuan membawa beban sebagai ace dari Andela juga setara Stella.

Ketidakhadiran seorang Stella yang mungkin sampai sekarang seperti “missing puzzle” yang menjadi kelemahan JKT48, sejatinya telah menemukan jawaban di dalam diri Andela. Namun, persis seperti yang dialami Stella, atau bahkan Srikandi dalam kisah pewayangan, takdir berkata sama untuk Andela. Segala angan, prediksi, harapan, kebahagiaan menemukan “missing puzzle” itu harus kandas lagi.

Orang bijak berkata, orang baik akan dipanggil cepat. Sejarah juga mencatat nama tokoh-tokoh besar tetap menjadi besar hingga sekarang, karena mereka stop ketika namanya sedang berada di puncak.



















Andela Yuwono, sebuah anomali yang terlalu cepat muncul dan hilang. Mungkin memang harus seperti itu agar fenomenanya tetap bertahan dan terus dibicarakan dalam waktu lama. Seorang role model yang baik bagi pelaku-pelaku di dunia idol, salah seorang role model pula bagi siapapun diluar sana yang membutuhkan bukti bahwa keajaiban yang berasal dari kerja keras itu benar adanya.

Pada akhirnya, JKT48 masih belum juga menemukan missing puzzle mereka yang hilang pada diri Stella Cornelia. Ditambah hilangnya pula Andela Yuwono, sepertinya urgent untuk manajemen JKT48 mencari atau meng-create puzzle-puzzle itu secepatnya, sebelum hilang lagi kepingan puzzle-puzzle berikutnya.

 Until we meet again on bigger stage, Andela Yuwono.
 


















nb : Sorry kalau kebanyakan foto, just can't decide which one should  be uploaded, so i decided to upload all of them. She is an angel after all... :')

Minggu, 16 Agustus 2015

#RI70


24 Maret 1946, Bandung diselimuti api. Ketimbang dikuasai oleh penjajah, ratusan ribu pejuang Bandung memilih untuk meninggalkan kota Bandung. Keputusan spektakuler pun diambil, para pejuang membakar rumah serta bangunan di sebagian besar sudut kota Bandung.  Ingatan yang kemudian diabadikan dalam catatan sejarah berjudul Bandung Lautan Api. Dan dengan lagu fenomenalnya : Halo-Halo Bandung.

10 November 1945, Surabaya banjir darah pejuang. Tercatat 6000, entah kurang atau kemungkinan lebih, pejuang tewas dalam pertempuran pertama dalam usaha mempertahankan kemerdekaan itu. Merdeka Atau Mati, pekik serta takbir yang tidak berhenti bergema di tiap jengkal kota Surabaya. Masyarakat kemudian selalu mengingat tanggal 10 November sebagai Hari Pahlawan.

Laut Aru di tanggal 15 Januari 1962, tiga unit KRI –KRI Harimau, KRI Macan Tutul, KRI Macan Kumbang—dalam sebuah misi  penyusupan sebagai bagian operasi Trikora, melaju cepat memecah kesunyian malam pukul 9. Misi rahasia yang kemudian berubah menjadi perang laut paling dramatis sepanjang sejarah perjuangan bangsa, karena misi yang seharusnya rahasia itu entah bagaimana dapat diketahui oleh penjajah yang kemudian menyiagakan dua kapal jenis destroyer dan pesawat tempur untuk menyambut 3 KRI legendaris bangsa. Yang menjadikannya dramatis adalah keputusan Komodor Yos Sudarso –di dalam KRI Macan Tutul-- untuk menjadi martir dan pelindung bagi 2 KRI lain yang diperintahkan mundur. KRI Macan Tutul hancur lebur dan semua awak termasuk Komodor Yos Sudarso tewas di gelapnya Laut Aru.

Semua orang tidak ada yang tidak kenal Jendral Sudirman. Pejuang perang, tidak hanya melawan penjajah, namun juga tuberkolosis yang dideritanya. Sang jenius perang, peramu strategi handal kebanggaan bangsa, yang mampu menang di dua perang yang dilakoninya. Sang Jendral menang melawan penjajah, dan menang melawan tuberkolosis yang memang merenggut nyawanya, namun tidak dengan semangat juangnya.

Kemerdekaan tidak gratis, saudara. Kemerdekaan bukan pemberian. Kemerdekaan adalah pengorbanan, kemerdekaan adalah jerit kesakitan yang kemudian berubah menjadi teriak kelegaan meski sakit masih tidak hilang.

Kemerdekaan adalah pengorbanan. Seperti kisah di Surabaya, kemenangan perang harus dibayar sangat mahal dengan 6000 nyawa. Seperti Bandung yang merelakan hampir seluruh jengkal kota nya dilalap api yang disulut oleh penduduk sendiri. Seperti seluruh peperangan di seluruh wilayah negara ini. Seperti Komodor Yos Sudarso…

70 tahun kemudian, sakit itu tidak lagi nyata dirasakan fisik pemuda pemudi Indonesia. Hanya melalui cerita orang-orang tua dan catatan sejarah lah pemuda pemudi Indonesia sekarang bisa menerka untuk merasakan bagaimana rasanya bertempur membela negara. Namun perjuangan belum usai.

Kemerdekaan adalah peluang. Kemerdekaan adalah kesempatan. Kesempatan yang dititipkan oleh seluruh pejuang kepada siapapun yang hidup didalamnya, siapapun yang hidup dalam kemerdekaan. Suatu titipan yang jika tidak dijaga dengan sepenuh hati, siapa tahu akan diambil kembali.

Kemerdekaan adalah suksesi kepemimpinan. Tidak akan pernah merdeka jika tidak ada pemimpin-pemimpin hebat di era perang, pula tidak akan bertahan kemerdekaan ini jika negara tidak terus memunculkan pemimpin-pemimpin hebat di masa datang.

Kemerdekaan bukan hanya masalah semangat juang, tapi juga kepandaian, berani berkorban, jiwa kepemimpinan, persatuan, dan hubungan baik. Penjajah tidak akan pernah pergi dari negara ini jika pejuang hanya mengandalkan semangat juang, tanpa kepandaian meramu strategi, tanpa kerelaan berkorban demi kepentingan yang lebih besar, tanpa adanya pemimpin yang hebat, tanpa ada kesatuan tekad di seluruh pelosok negeri, dan tanpa adanya hubungan baik dengan negara lain; Uni Soviet misalnya yang membantu mengirimkan peralatan militer kepada pejuang bangsa, atau Mesir yang menjadi negara yang pertama kali mengakui Indonesia sebagai negara merdeka.

Warisan yang harus selalu dijaga oleh generasi berikutnya : Semangat juang, Kepandaian, Berani Berkorban, Berjiwa Kepemimpinan, Persatuan, dan Berhubungan Baik.

Pada akhirnya, 70 tahun bukan waktu yang sebentar. Masih banyak yang harus dilakukan oleh negara ini. Masih banyak masalah yang harus diselesaikan serta masih banyak pula cita-cita yang harus disampaikan dan diwujudkan. Biarkanlah orang-orang tua bangsa ini dengan tenang menaruh senjata ke wadahnya, menyimpan keris ke sarungnya, karena orang muda nya yang kini mendapat giliran menjadi pejuang. Pejuang ideologi, pejuang prestasi, pejuang yang mampu menciptakan ruang lapang untuk Garuda terbang jauh lebih tinggi lagi.

Dirgahayu wahai negara dengan 1000 masalah. Dirgahayu wahai negara yang tidak sempurna. Teruskan perjuanganmu melawan ketidaksempurnaanmu, karena kami akan selalu mencintaimu dengan sempurna.

#RI70

#INDONESIA