Minggu, 16 Agustus 2015

#RI70


24 Maret 1946, Bandung diselimuti api. Ketimbang dikuasai oleh penjajah, ratusan ribu pejuang Bandung memilih untuk meninggalkan kota Bandung. Keputusan spektakuler pun diambil, para pejuang membakar rumah serta bangunan di sebagian besar sudut kota Bandung.  Ingatan yang kemudian diabadikan dalam catatan sejarah berjudul Bandung Lautan Api. Dan dengan lagu fenomenalnya : Halo-Halo Bandung.

10 November 1945, Surabaya banjir darah pejuang. Tercatat 6000, entah kurang atau kemungkinan lebih, pejuang tewas dalam pertempuran pertama dalam usaha mempertahankan kemerdekaan itu. Merdeka Atau Mati, pekik serta takbir yang tidak berhenti bergema di tiap jengkal kota Surabaya. Masyarakat kemudian selalu mengingat tanggal 10 November sebagai Hari Pahlawan.

Laut Aru di tanggal 15 Januari 1962, tiga unit KRI –KRI Harimau, KRI Macan Tutul, KRI Macan Kumbang—dalam sebuah misi  penyusupan sebagai bagian operasi Trikora, melaju cepat memecah kesunyian malam pukul 9. Misi rahasia yang kemudian berubah menjadi perang laut paling dramatis sepanjang sejarah perjuangan bangsa, karena misi yang seharusnya rahasia itu entah bagaimana dapat diketahui oleh penjajah yang kemudian menyiagakan dua kapal jenis destroyer dan pesawat tempur untuk menyambut 3 KRI legendaris bangsa. Yang menjadikannya dramatis adalah keputusan Komodor Yos Sudarso –di dalam KRI Macan Tutul-- untuk menjadi martir dan pelindung bagi 2 KRI lain yang diperintahkan mundur. KRI Macan Tutul hancur lebur dan semua awak termasuk Komodor Yos Sudarso tewas di gelapnya Laut Aru.

Semua orang tidak ada yang tidak kenal Jendral Sudirman. Pejuang perang, tidak hanya melawan penjajah, namun juga tuberkolosis yang dideritanya. Sang jenius perang, peramu strategi handal kebanggaan bangsa, yang mampu menang di dua perang yang dilakoninya. Sang Jendral menang melawan penjajah, dan menang melawan tuberkolosis yang memang merenggut nyawanya, namun tidak dengan semangat juangnya.

Kemerdekaan tidak gratis, saudara. Kemerdekaan bukan pemberian. Kemerdekaan adalah pengorbanan, kemerdekaan adalah jerit kesakitan yang kemudian berubah menjadi teriak kelegaan meski sakit masih tidak hilang.

Kemerdekaan adalah pengorbanan. Seperti kisah di Surabaya, kemenangan perang harus dibayar sangat mahal dengan 6000 nyawa. Seperti Bandung yang merelakan hampir seluruh jengkal kota nya dilalap api yang disulut oleh penduduk sendiri. Seperti seluruh peperangan di seluruh wilayah negara ini. Seperti Komodor Yos Sudarso…

70 tahun kemudian, sakit itu tidak lagi nyata dirasakan fisik pemuda pemudi Indonesia. Hanya melalui cerita orang-orang tua dan catatan sejarah lah pemuda pemudi Indonesia sekarang bisa menerka untuk merasakan bagaimana rasanya bertempur membela negara. Namun perjuangan belum usai.

Kemerdekaan adalah peluang. Kemerdekaan adalah kesempatan. Kesempatan yang dititipkan oleh seluruh pejuang kepada siapapun yang hidup didalamnya, siapapun yang hidup dalam kemerdekaan. Suatu titipan yang jika tidak dijaga dengan sepenuh hati, siapa tahu akan diambil kembali.

Kemerdekaan adalah suksesi kepemimpinan. Tidak akan pernah merdeka jika tidak ada pemimpin-pemimpin hebat di era perang, pula tidak akan bertahan kemerdekaan ini jika negara tidak terus memunculkan pemimpin-pemimpin hebat di masa datang.

Kemerdekaan bukan hanya masalah semangat juang, tapi juga kepandaian, berani berkorban, jiwa kepemimpinan, persatuan, dan hubungan baik. Penjajah tidak akan pernah pergi dari negara ini jika pejuang hanya mengandalkan semangat juang, tanpa kepandaian meramu strategi, tanpa kerelaan berkorban demi kepentingan yang lebih besar, tanpa adanya pemimpin yang hebat, tanpa ada kesatuan tekad di seluruh pelosok negeri, dan tanpa adanya hubungan baik dengan negara lain; Uni Soviet misalnya yang membantu mengirimkan peralatan militer kepada pejuang bangsa, atau Mesir yang menjadi negara yang pertama kali mengakui Indonesia sebagai negara merdeka.

Warisan yang harus selalu dijaga oleh generasi berikutnya : Semangat juang, Kepandaian, Berani Berkorban, Berjiwa Kepemimpinan, Persatuan, dan Berhubungan Baik.

Pada akhirnya, 70 tahun bukan waktu yang sebentar. Masih banyak yang harus dilakukan oleh negara ini. Masih banyak masalah yang harus diselesaikan serta masih banyak pula cita-cita yang harus disampaikan dan diwujudkan. Biarkanlah orang-orang tua bangsa ini dengan tenang menaruh senjata ke wadahnya, menyimpan keris ke sarungnya, karena orang muda nya yang kini mendapat giliran menjadi pejuang. Pejuang ideologi, pejuang prestasi, pejuang yang mampu menciptakan ruang lapang untuk Garuda terbang jauh lebih tinggi lagi.

Dirgahayu wahai negara dengan 1000 masalah. Dirgahayu wahai negara yang tidak sempurna. Teruskan perjuanganmu melawan ketidaksempurnaanmu, karena kami akan selalu mencintaimu dengan sempurna.

#RI70

#INDONESIA